Masih yaNg terindaH

Posted by: Dian Nafisah in ,
by: Dian Nafisah
28/05/2012



Bila kurindu haruskah denganmu lagi ???
tanyaku pada lilin yang hampir padam
masih menyala namun pilu
masih menggumam namun ragu
adakah yang indah didiriku???
tanyaku pada angin yang berhembus semilir
masih menghangatkan setelah panas menyapa
masih berdendang setelah musik mengiringi
kamu terlalu indah dihatiku.....
pergilah,,,,,,,,,,,,,,
genggamlah pesan yang kutitipkan padamu
bahasa tubuhku tak mampu melukiskan lagi
tetap atau tidak aku masih belum tau jawabannya
namun yang aku rasakan sampai sekarang adalah aku bahagia dan senang
kau dan hatimu masih terindah dihatiku



Yang Berbeda
by: Dn 28/05/'12

Hilang dalam bentuk yang berbeda                                                       
dengan cara yang berbeda
dengan sikap yang berbeda
dengan pilu yang berbeda
dengan senyum yang berbeda
dengan tawa yang berbeda
dengan tetes air mata yang berbeda
terakhir dengan do'a yang berbeda pula


readmore »»  

Refleksi Cinta

Posted by: Dian Nafisah in , ,
CINTA : Eros, Fhilia dan Agape
 Refleksi Cinta 
 
Cinta eros : adalah cinta yang menggila, mencintai karena hasrat yang amat dalam untuk memiliki seseorang. Cinta eros tak mengenal logika. Cinta ini bisa membuat orang putus asa ketika kehilangan orang yang dicintai. Orang yang dicintai adalah segala-galanya; tempat berjuta pengharapan disandarkan. Kehilangan dia berarti mati. Cinta ini akan memberikan rasa sakit yang teramat sangat bila keinginannya tidak tercapai. Orang bisa bunuh diri karenanya. Kenapa demikian ? Karena cinta pada tahap ini hanya didasarkan pada kepentingan egoisme semata.
Rasa jatuh cinta sebetulnya bukanlah karena orang sedang ingin mencintai orang lain, melainkan lebih pada ingin memiliki dan ingin mendapatkan kepuasan darinya. Maka ungkapan yang sering muncul adalah « aku mencintaimu, maka kamu harus menuruti apa kemauanku » atau « aku mencintaimu, maka jangan tinggalkan aku » atau lagi “aku ini mencintaimu, tolonglah jangan sakiti aku, jangan kecewakan aku”. Sudah sangat jelas di situ terungkap jejak-jejak egoisme. Dari pihak yang mencinta justru muncul kepentingan diri. Bukan yang mencintai yang berkorban, tetapi malah yang dicintai. Dan benar bila orang tidak mendapatkan apa yang ingin dimilikinya, untuk memuaskan hasrat egonya yang menggebu-gebu, ia bisa merasa gagal dalam hidup ; ia bisa merasa bahwa hidupnya sudah tidak berarti sehingga kemudian ia mampu untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Maka bila orang baru merasakan cinta ini, dan ketika merasa cintanya ditolak, ia bisa membenci orang yang tadinya dikatakan dicintainya. Ia dapat melakukan apapun dengan membabi buta atau dengan kebencian dan keinginan membalas dendam yang hebat. Ia tidak akan rela bahwa orang yang seharusnya menjadi miliknya, menjadi milik orang lain. Ia dikuasai oleh banyak niat buruk untuk melampiaskan kekecewaannya. Patah hati atau putus cinta yang berakhir dengan kebencian dan permusuhan atau bahkan tindakan bunuh diri membuktikan bahwa orang sebetulnya masih berada di tahap cinta ini.
Cinta Fhilia: adalah tahap kedua dari cinta. Inilah cinta yang tulus kepada siapa saja. Sering disebut juga cinta sahabat. Cinta ini ikhlas memberi kepada siapa saja tanpa pandang bulu, seperti kepada teman, sahabat, orangtua, ataupun anak-anak jalanan dan fakir miskin. Jejak-jejak ingin memiliki orang lain masih ada di tahap cinta ini, tetapi sudah diolahnya sehingga tidak kelihatan dari luar dan tidak tercermin dari keinginannya yang merusak relasi dengan orang lain. Ia yang mengalami cinta ini menikmatinya dalam kesendirian, merasakan kebahagiaan dalam angan-angan. Ia ingin selalu dekat, merasakan keindahan-keindahan dalam berelasi dengan orang lain. Pada tahap ini orang akan dengan mudah menganggap orang lain adiknya atau kakaknya; yang penting ia boleh merasa ada di dekatnya, merasakan sensasi-sensasi kenikmatan menjadi bagian dari relasi akrab dengan orang lain.
Tentu saja cinta ini sudah merupakan hasil dari olah kesadaran bahwa tidak mungkin orang bisa saling memiliki dan menguasai hanya dalam taraf kepentingan diri. Karena itu artinya hanya akan memenangkan satu pihak. Lebih mudah dimengerti bahwa orang boleh merasa dekat satu dengan yang lain dalam ikatan yang longgar namun tetap penuh makna. Misalnya pada masa-masa orang remaja mengalami puber pertama, dan jatuh cinta untuk pertama kali, ketika mereka menemukan bahwa cinta eros itu tak baik, mereka mengubahnya menjadi cinta fhilia. Jika relasi pacaran dengan cinta eros tak membawa hasil, mereka mengubahnya menjadi relasi kakak adik, atau teman dekat atau sahabat karib, yang saling mengisi kekurangan dan saling memperhatikan, ketimbang putus relasi dan malah saling membenci dan menyakiti.
Cinta agape. Inilah cinta tingkat tertinggi; cinta yang bersedia berkorban dan menderita untuk orang yang dicintai. Cinta yang bahkan rela tetap mencintai seseorang, walaupun sebenarnya orang itu sudah tak pantas lagi untuk dicintai. Ini adalah cinta yang penuh pengertian, kasih sayang, kesetiaan, dan kesucian. Cinta ini adalah gambaran dari cinta Allah kepada manusia. Dalam kekristenan, gambaran tentang cinta agape inilah yang menjadi penekanan dalam seluruh ajarannya, bahkan menjadi pokok sehingga mendapat tempatnya yang sentral dalam Perjanjian Baru. Ia menjadi hukum dasar dari pewartaan Kerajaan Allah. Dan selalu merujuk pada 2 obyek cinta, yang tak bisa dipisahkan yakni Allah dan sesama. Tak benarlah orang mengatakan bisa mencintai Allah, tanpa mencintai sesama dan tak benarlah orang mengatakan bisa mencintai sesama tanpa mencintai Allah.
Dari sini terlihat pengertian bahwa Cinta agape ini tidak lagi sedikitpun memberi ruang pada egoisme diri dan harus berasal dari orang-orang yang merdeka. Cinta agape tak pernah lagi terarah untuk kepentingan diri (cinta eros) dan juga sudah melampaui ikatan-ikatan timbal balik yang saling memberi keuntungan (cinta fhilia) . Cinta itu tak pernah merugikan orang yang dicintai, sebaliknya harus “merugikan” yang mencintai. Bila cinta itu berkorban, berarti ada yang harus hilang dari orang yang mencintai. Sebab itu cinta itu tak mungkin karena, melainkan meskipun. Cinta yang benar itu selalu altruis: bagi yang lain dan tak pernah egois. Cinta ini tak butuh balasan, ini cinta yang murni karena orang ingin mencintai, ingin melakukan apa yang seharusnya ia lakukan berkaitan dengan apa yang namanya cinta ini. Cinta ini bisa membawa ke taraf orang bisa mencintai musuh. Mencintai hal-hal yang sulit dimengerti dan diterima ; memberikan hal-hal yang baik pada mereka, sekalipun yang diterima adalah balasan-balasan yang tidak baik. Yang dapat melakukan cinta ini, nantinya benar-benar disebut sebagai orang-orang yang merdeka.
readmore »»