titip surga buat ayah bunda

Posted by: Dian Nafisah in , , ,
Tuhan,,,, seandainya boleh kusampaikan
tapi mugkin tanpa ku berkata Kau sudah tau inginku
tak cukup banyak namun tetap dalam khayal dan bayangku,,,,

setitik do'a untuk Ayah dan Bunda yang selaalu dekat di hatiq
titip surga ya,,, untuk mereka
cukup itu,,,tak minta lebih,,,,
singkatnya waktu mulai berlalu,,,,kadang kita sendiri tak tau kapan detik terakhir kita bisa menikmati indahnya kehidupan ini

antara ruang waktu yang berbeda masih ada Surga di sisi-Mu
aku menitipkannya padamu,,,, cukup itu tak lebih,,,,


si kecil itu butuh senyuman manis dari ayah bundanya



#dari hati untuk hati
readmore »»  

Biarkan dia

Posted by: Dian Nafisah in , ,
katanya aku tak pernah menyayangi,,,,,
katanya aku banyak cinta,,,,,
katanya hatiku berubah-ubah begitu cepat,,,,,

TUHAN,,,, inikah cintaMu,,,,
dalam ketetapan yang seperti apa ,,,,aku bisa merasakan cintaMu,,,,,
sedangkan kebahagiaan semu yang selalu kuhaturkan,,,,,,untuknya

hujan pilu dalam kesunyian,,,,,
ijinkan rintiknya basahi gelapnya hati ini,,,,
berharap ada pelangi diantara rintik yang begitu lembut itu,,,,
meski bukan bintang sirious yang disampingnya,,,,,
meski bukan mentari yang meneranginya....
meski bukan  purnama yang hendak mendekatinya......

biarkan dia dan memang dia yang selalu mengikuti langkah perjalananya


readmore »»  

Kata Indah dari ------ Tere Liye -----

Posted by: Dian Nafisah in , ,
"Bukan ketika diomeli, dimarahi, dicereweti yang menyakitkan. Itu sih tandanya orang lain masih sayang. Yang lebih menyakitkan adalah: saat orang lain memutuskan sudah tidak peduli lagi. Ditegur tidak, disapa juga tidak, didiamkan saja. Dianggap tidak ada."
— Tere Liye
“Kita bisa jatuh hati pada orang yang terus-menerus memberikan kebaikan :)” 
Ini skenario Terbik :)

Engkau tahu, duhai tetes air hujan, kering sudah air mata, tidur tak nyenyak, makan tak enak, tersenyum penuh sandiwara, tapi biarlah Tuhan menyaksikan semuanya.
 
Engkau tahu, duhai gemerisik angin,kalau boleh, ingin kutitipkan banyak hal padamu, sampaikan padanya sepotong kata, tapi itu tak bisa kulakukan, biarlah Tuhan melihat semuanya.

Engkau tahu, duhai tokek di kejauhan,setiap kali kau berseru ‘tokekk’, aku ingin sekali menghitung, satu untuk iya, satu untuk tidak, lantas berharap kau berbunyi sekali lagi agar jawabannya ‘iya’, dan berharap kau berhenti jika memang sudah ‘iya’, tapi itu tak bisa kulakukan, biarlah Tuhan mendengar semuanya.

Engkau tahu, duhai retakan dinding,sungguh aku tak tahu lagi berapa dalam retaknya hati ini, besok lusa, mudah saja memperbaiki retakanmu dinding, tinggal ambil semen dan pasir, tapi hatiku, entah bagaimana merekatkannya kembali, tapi biarlah Tuhan menyaksikan semuanya.

Wahai orang-orang yang merindu, maka malam ini, akan kusampaikan sebuah kabar gembira dari sebuah nasehat bijak. Kalian tahu, buku-buku cinta yang indah, film-film roman yang mengharukan, puisi-puisi perasaan yang mengharu biru, itu semua ditulis oleh penulisnya. Maka, biarlah, biarlah kisah perasaan kalian yang spesial, ditulis langsung oleh Tuhan. Percayakan pada yang terbaik.

—Tere Liye


 kau bolak-balik sedikit saja hati kau. sedikit saja. dari rasa terpaksa menjadi sukarela. dari rasa terhina menjadi dibutuhkan. dari rasa-rasa disuruh-suruh menjadi penerimaan. seketika, wajah kau tak kusut lagi. dijamin berhasil


Orang-orang yang merindu, namun tetap menjaga kehormatan perasaannya, takut sekali berbuat dosa, memilih senyap, terus memperbaiki diri hingga waktu memberikan kabar baik, boleh jadi doa-doanya menguntai tangga yang indah hingga ke langit. Kalaupun tidak dengan yang dirindukan, boleh jadi diganti yang lebih baik.


"Maka saat kebenaran itu datang, ia bagai embun yang terkena cahaya matahari. Bagai debu yang disiram air. Musnah sudah semua harapan-harapan palsu itu. Menyisakan kesedihan. Salah siapa? Mau menyalahkan orang lain?"




readmore »»